Sabtu, 29 Mei 2010

LOGIKA MATEMATIKA

 Pernyataan : kalimat yang tertutup yang hanya memiliki nilai benar saja atau salah saja, tetapi tidak sekaligus benar dan salah
 Dasar empiris : menentukan benar atau salah dari sebuah pernyataan berdasarkan fakta yang ada atau dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
 Dasar tak empiris : menentukan benar atau salah dari sebuah pernyataan dengan memakai bukti atau perhitungan-perhitungan dalam matematika
 Kalimat terbuka : kalimat yang belum pasti nilai kebenarannya karena memuat variabel
 Ingkaran atau negasi :
 Jika P adalah pernyataan yang bernilai benar, maka ~P bernilai salah
 Jika P adalah pernyataan yang bernilai salah, maka ~P bernilai benar
P ~P
B
S S
B
 Disjungsi : pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan P dan Q yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung “atau” P  Q
 Disjungsi eksklusif : memisahkan
 Disjungsi inklusif : mencakup
 Disjungsi bernilai benar jika kedua pernyataan bernilai benar atau salah satu pernyataan tunggalnya bernilai benar
 Disjungsi bernilai salah jika kedua pernyataan bernilai salah
P Q P  Q
B
B
S
S B
S
B
S B
B
B
S
 Konjungsi : pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan P dan Q yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung “dan” P  Q
 Konjungsi bernilai benar jika dan hanya jika pernyataan-pernyataan tunggalnya bernilai benar
 Konjungsi bernilai salah jika kedua pernyataan bernilai salah satu pernyataan tunggalnya bernilai salah
P Q P  Q
B
B
S
S B
S
B
S B
S
S
S
 Implikasi : pernyataan majemuk yang disusun dari dua buah pernyataan P dan Q dalam bentuk “jika P maka Q” P  Q
 Suatu implikasi bernilai salah jika P benar dan Q salah. Dalam kemungkinan lainnya, dia dinyatakan benar
P Q P  Q
B
B
S
S B
S
B
S B
S
B
B
 Biimplikasi : P  Q
 P  Q benar jika  (P) =  (Q)
 P  Q salah jika  (P) ≠  (Q)
P Q P  Q
B
B
S
S B
S
B
S B
S
S
B
 Pernyataan majemuk : pernyataan yang dibentuk dari beberapa pernyataan tunggal yang dirangkai dengan menggunakan kata hubung logika
 Tautologi : sebuah pernyataan majemuk yang selalu benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan komponennya
 Implikasi logis : sebuah tautologi yang memuat pernyataan implikasi
 Tautologi yang berbentuk P  Q dinamakan ekuivalen logis dan dituliskan dengan lambang P  Q
 Dua buah pernyataan majemuk dikatakan ekuivalen jika kedua pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua kemungkinan nilai kebenaran pernyataan-pernyataan komponennya
 Pernyataan majemuk yang ekuivalen :
 Q  P disebut konvers dari implikasi P  Q
 ~P  ~Q disebut invers dari implikasi P  Q
 ~Q  ~P disebut kontraposisi dari implikasi P  Q
 P  Q  ~Q  ~P artinya implikasi ekuivalen dengan kontraposisi
 Q  P  ~P  ~Q artinya konvers dari implikasi ekuivalen dengan invers dari implikasi tersebut
P Q Ingkaran Implikasi konvers Invers Kontraposisi
~P ~Q P  Q Q  P ~P  ~Q ~Q  ~P
B
B
S
S B
S
B
S S
S
B
B S
B
S
B B
S
B
B B
B
S
B B
B
S
B B
S
B
B
 Ekuivalen
 P  Q  ~P  Q
 P  Q  (~P  Q)  (~Q  P)
 Ingkaran dari disjungsi, konjungsi, implikasi dan biimplikasi
 ~(P  Q)  ~P  ~Q
 ~(P  Q)  ~P  ~Q
 ~( P  Q)  P  ~Q
 ~( P  Q)  (P  ~Q)  (Q  ~P)
 Sifat komutatif, assosiatif dan distributif pada disjungsi dan konjungsi
 Komutatif : P  Q  Q  P dan P  Q  Q  P
 Assosiatif : (P  Q)  R  P  (Q  R) dan (P  Q)  R  P  (Q  R)
 Distributif :
• Disjungsi ke konjungsi : P  (Q  R)  (P  Q)  (P  R)
• Konjungsi ke disjungsi : P  (Q  R)  (P  Q)  (P  R)
 Kuantor universal :  x, x  A  x  B
 Pernyataan berkuantor universal : “semua A adalah B” ekuivalen dengan pernyataan implikasi “jika x  A, maka x  B”
 Kuantor eksistensial :  x, x  A dan x  B
 Pernyataan berkuantor eksistensial : ”beberapa A adalah B” ekuivalen dengan “sekurang-kurangnya ada sebuah x  A yang merupakan anggota B”
 Ingkaran dari pernyataan berkuantor universal : ~[ x, P(x)]   x, ~P(x)
 Ingkaran dari pernyataan berkuantor eksistensial : ~[ x, P(x)]   x, ~P(x)
 Suatu argumentasi dikatakan sah jika premis-premisnya benar, maka konklusinya juga benar
 Modus ponens (pengasingan) :
Premis 1 :
Premis 2 : P  Q
P
 konklusi : Q
 Modus tollens (penolakan akibat) :
Premis 1 :
Premis 2 : P  Q
~Q
 konklusi : ~Q
 Silogisme :
Premis 1 :
Premis 2 : P  Q
Q  R
 konklusi : P  R


BENTUK PANGKAT, AKAR DAN LOGARITMA

Pangkat
 an = a x a x ... x a ; a = bilangan pokok/basic/basis
n (bilangan asli >1) = pangkat/eksponen
 Sifat-sifat bilangan berpangkat bulat dan nol
 am x an = am+n
 am : an = am-n
 a0 = 1, a ≠ 0
 sifat pemangkatan bilangan berpangkat
 (am)n = amxn
 (a x b)n = an x bn
 (a : b)n = an : bn
 a-n = ; an =
 (a – b)n = (b – a)n ; n : bil. genap
 (a – b)n = - (b – a)n ; n : bil. ganjil

Akar
 bn = a  b = =
 a > 0, maka  0
 a < 0,
• n ganjil, maka < 0
• n genap, maka bukan bilangan real
 Sifat-sifat bentuk akar

 P Q = (P Q)




 ( )( ) = a – b
 = a + b  2


 Bentuk-bentuk akar sekawan
 sekawan dengan -
 (a + ) sekawan dengan (a - )
 ( + ) sekawan dengan ( - )



Logaritma
 Jika n adalah logaritma dari a dengan bilangan pokok p, maka berlaku :
plog a = n  pn = a ; a > 0, p > 0 dan p ≠ 1
Jika 0 < log x < 1, maka 1 < x < 10
 Sifat-sifat logaritma
 plog 1 = 0  p0 = 1
 plog p = 1  p1 = p
 pn = pn  plog pn = n
 plog (a x b) = plog a + plog b
 plog (a : b) = plog a - plog b
 alog an = n
 plog 1 = 0
 plog an = n plog a = n
 plog a =
 plog a ∙ alog q = plog q

 plog a =
 p plog a = a

FUNGSI KUADRAT
 Menggambar grafik fungsi
Langkah-langkahnya :
 Tentukan titik potong terhadap sumbu X (y = 0)
 Tentukan titik potong terhadap sumbu Y (x = 0)
 Perhatikan koofisien x2, yaitu a.
• a > 0 : grafik terbuka ke atas ;
di sebelah kiri sb. Y (b > 0) ; di sebelah kanan sb. Y (b < 0)
• a < 0 : grafik terbuka ke bawah ;
di sebelah kiri sb. Y (b < 0) ; di sebelah kanan sb. Y (b > 0)
 Menentukan nilai diskriminan D
• D = 0 : grafik menyinggung sumbu X
• D > 0 : grafik memotong sumbu X pada dua titik
• D < 0 : grafik tidak memiliki titik potong dengan sumbu X
 Tentukan koordinat titik puncak (x0,y0) dengan x0 = dan y0 =
 Menentukan rumus fungsi kuadrat
Langkah-langkahnya :
 Jika grafik fungsi kuadrat memotong sumbu X di (x1,0) dan (x2,0), serta melalui sebuah titik tertentu, fungsi kuadratnya : f(x) = a (x – x1) (x – x2), a ditentukan kemudian
 Jika grafik fungsi kuadrat melalui titik puncak (P,Q) dan melalui sebuah titik tertentu, fungsi kuadratnya : f(x) = a (x – P)2 + Q, a ditentukan kemudian
 Titik puncak / titik balik / titik ekstrim :
 a > 0, titik balik minimum dan parabola terbuka ke atas
 a < 0, titik balik maksimum dan parabola terbuka ke bawah
 Persamaan sumbu simetri (absis) : x =
 Nilai maksimum / minimum (ordinat) =

RELASI, FUNGSI KOMPOSISI, DAN FUNGSI INVERS

Definisi Fungsi
Pandang A dan B merupakan dua himpunan tidak kosong. Jika beberapa unsur A berkaitan dengan beberapa unsur B sehingga diperoleh himpunan terurut (a,b), a  A, b  B, maka kaitan ini disebut relasi.
Jika setiap unsur A (disebut domain) berkaitan satu kali dengan unsur B (disebut kodomain), maka relasi ini disebut pemetaan yang menghasilkan suatu range (daerah hasil).

Sifat Fungsi
Jenis-jenis fungsi diklasifikasikan berdasarkan sifat korespondensi dan kesimetrian grafiknya.
 Berdasarkan sifat korespondensi, fungsi dibagi atas :
 Fungsi satu-satu (injektif), dengan syarat :
• Jika f(a) = f(b), maka a = b
• Jika f(a) ≠ f(b), maka a ≠ b, untuk a  A dan b  B
 Fungsi pada (surjektif), dengan syarat : range = kodomain
 Fungsi satu-satu dan pada (bijektif)
 Berdasarkan kesimetrian grafik, fungsi dibagi atas :
 Fungsi genap (simetri terhadap sumbu Y), dengan syarat : f(-x) = f(x)
 Fungsi ganjil (simetri terhadap pusat koordinat O(0,0)), dengan syarat :
f(-x) = - f(x)

Bentuk Fungsi
 Fungsi konstan
Bentuk umumnya : f(x) = c, dimana c suatu konstan dan grafiknya memotong sumbu Y

 Fungsi linier
Bentuk umumnya : f(x) = ax + b, dimana a koefisien x, dan b konstan serta grafiknya memotong sumbu X dan sumbu Y
 Fungsi kuadrat
Bentuk umumnya : f(x) = ax2 + bx + c, dimana a ≠ 0 koefisien x2, b koefisien x dan c konstan. Grafik berupa parabola dengan titik ekstrim
 Fungsi trigonometri
Fungsi ini dibentuk oleh unsur-unsur goniometri sin, cos, tan, sec, cosec, dan cotan. Grafiknya selalu berupa lengkungan berperiodik
 Fungsi eksponen dan logaritma
Bentuk umumnya : f(x) = ag(x) dan f(x) = alog g(x). Grafiknya berupa lengkungan yang curam
 Fungsi rasional
Bentuk umumnya : f(x) = . Grafiknya berupa lengkungan yang dibatasi oleh garis asimtot

Fungsi Kuadrat
 Komposisi dari fungsi f dan g dituliskan (g  f) (x) = g(f(x))
 Sifat-sifat fungsi komposisi
 Umumnya tidak bersifat komutatif : (f  g) (x) ≠ (g  f) (x)
 Bersifat assosiatif : (f  (g  h)) (x) = ((f  g)  h) (x)
 Dalam fungsi komposisi terdapat unsur identitas, yaitu fungsi identitas I(x) = x yang memiliki sifat (f  I) (x) = (I  f) (x) = f(x)

Fungsi Invers
 Invers dari fungsi f, ditulis f -1 merupakan balikan fungsi f
 f(x) = axn + b  f-1(x) =
 f(x) =  f-1(x) =
 f(x) =  f-1(x) = =
 f(x) = abx+c  f-1(x) =
 f(x) = alog (bx+c)  f-1(x) =
 f(x) =  f-1(x) =
 (f -1  f) (x) = (f  f -1) (x) = I(x)
 Diketahui (f  g) (x) dan f(x), maka untuk mencari g(x) :
 Tentukan f-1(x)
 g(x) = f-1(f  g(x))
 Diketahui (g  f) (x) dan f(x), maka untuk mencari g(x) :
 Tentukan f-1(x)
 g(x) = f  g(f-1(x))
 Grafik fungsi f(x) dan grafik fungsi f -1 simetri terhadap garis y = x
 Operasinya :
 (f  g) -1(x) = (g -1  f -1) (x) = g -1(f -1(x))
 (g  f) -1(x) = (f -1  g -1) (x) = f -1(g -1(x))

Rumus Praktisnya
Fungsi Invers
f(x) f-1(x)
 Bentuk linear ax + b

 Bentuk pecahan


 Bentuk akar pangkat


 Bentuk eksponen ax
apx alog x
alog x1/p
 Bentuk logaritma alog x Ax
 Bentuk fungsi kuadrat ax2 + bx + c 

Note : Jika dalam pilihan belum ada jawabannya, maka lawankan semua tanda
Komposisi Fungsi
 Jika f(x) = ax + b dan (f ο g) (x) = px + q, maka :
g(x) =
 Jika f(x) = ax + b dan (f ο g) (x) = px2 + qx + r, maka :
g(x) =
 f(ax + b) = px2 + qx + r, maka :
f(x) = f(ax + b)
diinverskan , kemudian masukkan ke persamaan awal
 f(g(x)) = h(x), maka :
f(x) = h(g-1(x))
 Grafik yang memiliki invers
Cirinya adalah jika dapat dibuat garis mendatar hanya memotong di satu titik (untuk satu harga y hanya menghasilkan satu harga x)








(1) Tidak mempunyai invers sebab dapat dibuat sebuah garis mendatar dan memotong pada kurva lebih dari satu titik
(2) Mempunyai invers sebab hanya memotong di satu titik

Menentukan Grafik Fungsi Suatu Kurva
 Grafik fungsi y = f(x)
Jika ada garis lurus sejajar sumbu Y (vertikal) yang dapat dibuat dan memotong grafik tidak hanya di satu titik, maka grafik tersebut bukan grafik fungsi
 Grafik fungsi x = f(y)
Jika ada garis lurus sejajar sumbu X (horizontal) yang dapat dibuat dan memotong grafik tidak hanya di satu titik, maka grafik tersebut bukan grafik fungsi
 Gambar di bawah ini adalah grafik fungsi y = f(x) sebab jika dibuat vertikal akan memotong grafik di satu titik tetapi bukan grafik fungsi untuk x = f(y)






 Banyaknya pemetaan
Banyaknya pemetaan/fungsi yang mungkin dapat dibuat dari himpunan A ke himpunan B adalah n(B)n(A) yang bebas

FUNGSI, PERSAMAAN, DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN

Grafik Fungsi Eksponen
Fungsi eksponen f(x) = ax di mana a > 0 dan a ≠ 1 mempunyai sifat-sifat berikut ini :
 Definit positif karena kurva terletak di atas sumbu X
 Memotong sumbu koordinat hanya di titik (0,1)
 Mempunyai asimtot datar sumbu X (y = 0)
 Jika a > 1, maka grafik monoton naik





 Jika 0 < a < 1, maka grafik monoton turun







Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
 af(x) = 1, a > 0, a ≠ 1 maka f(x) = 0
 af(x) = ap, a > 0, a ≠ 1 maka f(x) = p
 af(x) = ag(x), a > 0, a ≠ 1 maka f(x) = g(x)
 af(x) = bf(x), a > 0, b > 0, a ≠ 1, b ≠ 1 maka f(x) = 0
 af(x) = bg(x), a > 0, b > 0, a ≠ 1, b ≠ 1, a ≠ b, f(x) ≠ g(x) maka log af(x) = log bg(x)
 af(x) + ag(x) = c
 A(af(x))2 + B(af(x)) + C = 0, a > 0, a ≠ 1, A, B, C  R, A ≠ 0
 [h(x)]f(x) = [h(x)]g(x), f(x) ≠ g(x)
 f(x) = g(x)
 h(x) = 1
 h(x) = 0, f(x) > 0, g(x) > 0
 h(x) = -1, f(x) dan g(x) keduanya ganjil atau keduanya genap
 a > 1
 af(x)  ag(x), maka f(x)  g(x)
 af(x)  ag(x), maka f(x)  g(x)
 0 < a < 1
 af(x)  ag(x), maka f(x)  g(x)
 af(x)  ag(x), maka f(x)  g(x)
 Sifat-sifat eksponen
 am ∙ an = am+n
 am : an = a m-n
 (am)n = amn
 a-m =
 (am ∙ bn)p = amn ∙ bmn
 (am : bn)p = amn : bmn

 a0 = 1
 , maka u(x)  v(x)
 , maka u(x)  v(x)

 x < a  -a < x < a atau x  a  -a  x  a
 x > a  x < -a atau x > a dan x  a  x  -a atau x  a
 x - y  x - y
 x + y  x + y
 x =
 x ∙ y = x∙y
 , y ≠ 0

FUNGSI, PERSAMAAN, DAN PERTIDAKSAMAAN LOGARITMA

Grafik Fungsi Logaritma
Fungsi logaritma g(x) = alog x, di mana a > 0 dan dan a ≠ 1 mempunyai sifat-sifat berikut ini:
 Terdefinisi untuk x > 0 (berada di sebelah kanan sumbu X)
 Memotong sumbu koordinat hanya di titik (0,1)
 Mempunyai asimtot tegak sumbu Y (x = 0)
 Jika a > 1, maka grafik monoton naik





 Jika 0 < a < 1, maka grafik monoton turun







Persamaan dan Pertidaksamaan Logaritma
 Fungsi eksponen dan fungsi logaritma adalah dua fungsi yang saling invers
f(x) = ag(x), maka g(x) = alog f(x)
di mana : f(x) = fungsi eksponen
g(x) = fungsi logaritma
 alog f(x) = alog p maka f(x) = p, syaratnya a > 0, a ≠ 1, f(x) > 0, p > 0
 alog f(x) = alog g(x) maka f(x) = g(x), syaratnya a > 0, a ≠ 1, f(x) > 0, p > 0
 alog f(x) = blog f(x), a ≠ b maka f(x) = 1
 h(x)log f(x) = h(x)log g(x) maka f(x) = g(x), syaratnya f(x) = g(x) > 0, h(x) > 0,
h(x) ≠ 1
 f(x)log a = g(x)log a maka f(x) = g(x), syaratnya f(x) > 0, f(x) ≠ 1, g(x) > 0, g(x) ≠ 1
 f(x)log g(x) = p maka g(x) = (f(x))p, syaratnya f(x) > 0, f(x) ≠ 1, g(x) > 0
 A(alog x)2 + B(alog x) + C = 0
 a > 1
 alog f(x)  alog g(x), maka f(x)  g(x)
 alog f(x)  alog g(x), maka f(x)  g(x)
 alog f(x)  y, maka f(x)  ay
 alog f(x)  y, maka f(x)  ay
 0 < a < 1
 alog f(x)  alog g(x), maka f(x)  g(x)
 alog f(x)  alog g(x), maka f(x)  g(x)
 alog f(x)  y, maka f(x) ay
 alog f(x)  y, maka f(x)  ay
 Sifat-sifat logaritma
 alog x = n, maka an = x

 alog a = 1
 alog an = n
 alog 1 = 0
 alog (x ∙ y) = alog x + alog y
 alog (x : y) = alog x - alog y
 alog xn = n alog x
 alog = alog x
 , b > 0, b ≠ 1
 alog x ∙ xlog y = alog y
 alog x ∙ xlog a = 1
 = xlog a
 alog x = alog y, maka x = y
 alog b =


Rumus Praktisnya
 alog x syaratnya a ≠ 0, a ≠ 1, a  bilangan negatif (a  0 dan a ≠ 1), maka x ≠ 0, x  bilangan negatif ( x  0)
 alog b ∙ blog c ∙ clog d ∙ dlog e = alog e
 ;

 ;


Persamaan Kuadrat Logaritma
 a ∙ log2 x + b ∙ log x + c = 0 mempunyai akar-akar x1 dan x2, maka x1 ∙ x2 = 10-b/a
 f(x) = glog b + glog c, maka fmax =

Fungsi Logaritma
 Jika f(x) = glog x, maka :
 f(a : b) = f(a) – f(b)
 f(a ∙ b) = f(a) + f(b)
 Jika f(x) = , maka : f(x) + f( ) = f(a) = -1
Pergeseran Grafik Fungsi Logaritma
 Jika grafik y = alog x digeser n satuan
 Ke atas : y = alog (anx)
 Ke bawah : y = ( )
 Ke kanan : y = (x – n)
 Ke kiri : y = (x + n)


PERTIDAKSAMAAN

Sifat Pertidaksamaan
 Jika a < b, maka berlaku :
 a  c < b  c
 ap > bp, untuk p < 0
 ap < bp, untuk p > 0
 a3 < b3
 a ≠ 0 dan b ≠ 0, maka :
 < 0, maka ab < 0
 > 0, maka ab > 0
 Jika a > b dan b > c, maka a> c
 Jika a > b dan c > d, maka (a + c) > (b + d)
 Jika a > b > 0 dan c > d > 0, maka ac > bd
 Jika a > b > 0, maka a2 > b2 dan <
 Jika b < a < 0, maka a2 < b2 dan <

Jenis-Jenis Pertidaksamaan
 Pertidaksamaan kuadrat
Bentuk umum : ax2 + bx + c = 0 dengan a positif, maka :
< 0  0 > 0  0
... < x < ... ...  x  ... x < ... atau x > ... x  ... atau x  ...





 Pertidaksamaan rasional
 Linier
Bentuk umum : dengan a dan c sama tanda, maka :
< 0  0 > 0  0
... < x < ... ...  x  ...
untuk akar penyebut tidak boleh memakai = x < ... atau x > ... x  ... atau x  ...
untuk akar penyebut tidak boleh memakai =
 Kuadrat dan campuran
Bentuk umum : atau atau dengan a dan p sama tanda, maka :
• Faktorkan pembilang dan penyebut (kalau bisa)
• Tentukan x pembuat nol
• Masukkan ke garis bilangan, makin ke kanan makin membesar
• Tandai setiap ruas (+ atau -) mulai paling kanan tandanya (+)
• Pilih (+) jika > 0 atau  0 dan pilih (-) jika < 0 atau  0
• Tuliskan dalam notasi matematika
• Pembuat nol dari penyebut tidak boleh memakai =
 Pertidaksamaan irrasional
 Jika < c, maka 0  f(x) < c2
 Jika < , maka 0  f(x) < g(x)

Pertidaksamaan Harga Mutlak
 f(x) < a  -a < f(x) < a
 f(x) > a  f(x) < -a atau f(x) > a
 f(x) < g(x)  (f(x))2 < (g(x))2
 alog f(x) < b  < f(x) < ab
Menalar pertidaksamaan
 syarat f(x) > 0
 xlog f(y) syarat x ≠ 0, x  bil. negatif, x ≠ 1, f(y) ≠ 0, f(y)  bil. Negatif
 syarat b ≠ 0
 Pilih suatu bilangan yang mudah dihitung (misalnya 0 atau 1) dari pilihan. Kemudian substitusikan ke soal. Jika keadaan menjadi salah, maka pilihan yang memuat bilangan tadi adalah salah. Cari pilihan-pilihan yang salah, maka akan ditemukan jawaban yang benar
 Untuk menyelesaikan pertidaksamaan yang mengandung akar, pecahana atau harga mutlak harus diperhatikan syarat penyelesaian ketentuan lainnya

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

 Bentuk umum persamaan kuadrat
ax2 + bx + c = 0 di mana a, b, c  R, a ≠ 0
 Penyelesaian persamaan kuadrat
 Rumus abc
x1,2 =
 Memfaktorkan
Bentuk ax2 + bx + c = 0 diubah menjadi bentuk (ax + p) (ax + q)
dengan p + q = b dan pq = ac, sehingga x1 = dan x2 =
 Melengkapkan kuadrat sempurna
Bentuk ax2 + bx + c = 0 diubah menjadi bentuk (x + p)2 = q
dengan p = dan q = ( )2 – c, sehingga dengan mengakarkan kedua ruas diperoleh
x1 = -p + dan x2 = -p -
 x1 + x2 =
 x1 ∙ x2 =
 Menentukan jenis-jenis akar persamaan kuadrat dengan diskriminan D
 D = 0 maka memiliki dua akar real sama (kembar), real, rasional
 D > 0 maka memiliki dua akar real yang berlainan (x1 ≠ x2)
 D < 0 maka tidak memiliki akar real (dua akar kompleks, imajiner, khayal)
 D  0 maka memiliki dua akar real
 D = k2 maka memiliki dua akar rasional
 D ≠ k2 maka memiliki dua akar irrasional
 D  0 dan x1 ∙ x2 = 1 maka memiliki dua akar berkebalikan
 ax2 + bx + c = 0 merupakan persamaan kuadrat lengkap
 ax2 + c = 0 merupakan persamaan kuadrat sempurna
 ax2 + bx= 0 merupakan persamaan kuadrat tak lengkap
 Akar-akarnya berlawanan (x1 = -x2) maka b = 0
 Akar-akarnya berkebalikan (x1 = ) maka a = c
 Sebuah akarnya sama dengan nol (x1 = 0) maka c = 0 dan x2 =
 Kedua akarnya bertanda sama maka > 0
 Kedua akarnya berlainan tanda maka < 0
 Persamaan kuadrat baru
x2 – (x1 + x2) x + x1∙ x2 = 0
 Membentuk persamaan kuadrat yang memiliki akar-akar x1 dan x2 adalah :
(x – x1) (x – x2) = 0  x2 – (x1 + x2) x + x1∙ x2 = 0
 Pertidaksamaan kuadrat
Bentuk umumnya :
 ax2 + bx + c < 0 atau ax2 + bx + c > 0
 ax2 + bx + c  0 atau ax2 + bx + c  0
dengan a, b, c  R
 Langkah-langkah menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat adalah sebagai berikut :
1. Ubah ke bentuk umum
2. Tentukan pembuat nol sebagai batas penyelesaian
3. Tentukan interval positif atau negatif sebagai interval penyelesaian
Rumus Praktisnya
Grafik Fungsi Kuadrat
 f(x) = ax2 + bx + c
 Pengaruh faktor a




Putarlah kurva 900 ke arah kiri
 Pengaruh faktor b














• Kurva lebih berat di kanan sumbu Y, maka kurva putar 900 ke kanan
• Kurva lebih berat di kiri sumbu Y, maka kurva putar 900 ke kiri
• Kurva sama berat, b = 0
• Perhatikan arah panah
 Pengaruh faktor c





• Bila kurva memotong sumbu Y di atas sumbu X, maka c > 0
• Bila kurva memotong sumbu Y di bawah sumbu X, maka c < 0
• Bila kurva melalui pangkal koordinat, maka c = 0
 Jika cara-cara tersebut belum mampu menentukan jawabannya, maka masukkan koordinat-koordinat yang diketahui pada soal ke dalam pilihan
 Sifat akar-akar persamaan kuadrat
 x1 + x2 =
 x1 ∙ x2 =
 =
 x1 – x2 = (positif)
 = (positif)
 x12 + x22 =
 x12 – x22 = (positif)
 x13 + x23 =
 x13 – x23 =
 x14 + x24 = [(x1 + x2)2 – 2(x1∙x2)]2 – 2(x1∙x2)2
 x14 – x24 = (x12 – x22) ∙ (x12 + x22)
 + =
 - =

 x12x2 + x22x1 =
 Sifat-sifat persamaan kuadrat
 Bila akar-akarnya saling berlawanan ( x1 = -x2), syaratnya b = 0
 Bila akar-akarnya saling berkebalikan (x1 = ), syaratnya a = c
 Bila salah satu akarnya = 0, syaratnya c = 0
 Bila kedua akarnya sama (x1 = x2), syaratnya x1 = x2 =
 Perbandingan akar
Persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 mempunyai akar x1 dan x2 sedemikian sehingga harga x1 = k ∙ x2 , maka k = konstanta pembanding berlaku :
k ∙ b2 = (k + 1)2 ∙ ac
 Selisih akar-akar persamaan kuadrat
Persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 mempunyai akar x1 = x2 + n, maka selisih akar D = (n ∙ a)2 dengan D = b2 – 4ac
 Menyusun persamaan kuadrat baru
Jika x1 dan x2 akar-akar dari persamaan ax2 + bx + c = 0
 k kali (k ∙ x1 dan k ∙ x2) dari ax2 + bx + c = 0
ax2 + k ∙ bx + k2 ∙ c = 0 ; b dikalikan k dan c dikalikan k2
 Akar-akar berkebalikan ( dan ) dari ax2 + bx + c = 0
cx2 + bx + a = 0 ; tukarkan a dan c
 Akar-akar berlawanan (-x1 dan -x2) dari ax2 + k ∙ bx + k2 ∙ c = 0
ax2 – bx + c = 0 ; b dilawankan
 Akar-akarnya x12 dan x22 dari ax2 + bx + c = 0
a2x – (b2 – 2ac)x + c2 = 0
 Akar-akarnya x13 dan x23
a3x – (3abc – b3)x + c3 = 0
 Akar-akarnya x1 + k dan x2 + k (k lebihnya dari)
a(x – k)2 + b(x – k) + c = 0
 Akar-akarnya x1 – k dan x2 – k (k kurangnya dari)
a(x + k)2 + b(x + k) + c = 0
 Akar-akarnya dan
acx2 – (b2 – 2ac)x + ac = 0
 Akar-akarnya dan
c2x2 – (b2 – 2ac)x + a2 = 0
 Akar-akarnya x1 + x2 dan x1 – x2
a2x2 + (ab – ac)x – bc = 0
 Akar-akarnya sama, misalnya 2x1 – 3 dan 2x2 – 3
2x1 – 3 = y  x = , setelah itu substitusikan x ke persamaan kuadrat
 Tanda-tanda akar persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0
 Kedua akar positif jika D  0 ; -ab > 0 ; ac > 0
 Kedua akar negatif jika D  0 ; -ab < 0 ; ac > 0
 Kedua akar berbeda tanda D > 0 ; ac < 0
 Kedua akarnya sama jika D = 0
Jika dua persamaan kuadrat memiliki akar-akar persekutuan, maka cara penyelesaian paling cepat yaitu dengan mengeliminasi x2
 Kuadrat ganda
r =
Persamaan kuadrat ganda mempunyai akar-akar dimana harga akarnya ditentukan oleh harga r
D2r – (2b1b2 – 4(a1c1 + a2c2))r + D1 = k
 k > 0 , persamaan kuadrat ganda memiliki dua akar yang berlainan
 k = 0, persamaan kuadrat ganda memiliki dua akar kembar
 k < 0, persamaan kuadrat ganda tidak memiliki akar
• D1 = diskriminan a1x2 + b1x + c1
• D2 = diskriminan a2x2 + b2x + c2
 Hubungan parabola dengan garis
y =
n = perbandingan

PERSAMAAN LINGKARAN DAN GARIS SINGGUNGNYA

 Persamaan lingkaran yang berpusat di titik O (0,0) dan berjari-jari r :
x2 + y2 = r2
 Persamaan lingkaran yang berpusat di titik P (a,b) dan berjari-jari r :
(x – a)2 + (y – b)2 = r2
 Bentuk umum persamaan lingkaran :
x2 + y2 + Ax + By + C = 0
pusatnya : P ( , ) dan jari-jari : r =
 Persamaan garis singgung lingkaran
 (x – a)2 + (y – b)2 = r2  (x – a) (x1 – a) + (y – b) (y1 – b) = r2
 x2 + y2 + Ax + By + C = 0  x1 x + y1 y + (x + x1) + (y + y1) + C = 0
 (x – a)2 + (y – b)2 = r2 dan bergradien m  y – b = m (x – a)  r
 Lingkaran dengan pusat (x1,y1) menyinggung garis Ax + By + C = 0, maka :
r =

PERSAMAAN GARIS

 Persamaan garis melalui 2 titik K(x1,y1) dan L(x2,y2)




Ay = Bx + (P – Q)
Catatan : x1 – x2 = A
y1 – y2 = B
 Diketahui grafiknya
Cara kali :
bx + ay = ab
Cara bagi :


 Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2)

 Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan gradien m
y = m(x – x1) + y1
 Persamaan garis melalui titik M(x3,y3) dan tegak lurus dengan garis yang melalui titik K(x1,y1) dan L(x2,y2)
Ax + By = Ax3 + By3
 Persamaan garis yang melalui (a,b) sejajar dengan Ax + By + C = 0
Ax + By = Aa + Bb
 Persamaan garis yang melalui (a,b) tegak lurus dengan Ax + By + C = 0
Bx – Ay = Ba – Ab
 Persamaan garis yang melalui (0,a) dan (b,0)
ax + by = ab
 Mencari gradien dari :
 Garis ax + by = c, maka m =
 Garis ay = bx + c, maka m =
 Titik (x1, y1) dan (x2, y2)
• Sejajar : m =
• Tegak lurus : m =
 Gradien garis yang membentuk sudut  :
 Terhadap sumbu X positif : m = tan 
 Terhadap sumbu Y positif : m = cot 
 Diketahui 2 garis : ax + by = c dan
px + qy = r,
maka :
 Kedua garis saling sejajar : aq = bp
 Kedua garis tegak lurus : ap + bq = 0
 Mencari titik potong garis g : y = m1x + c1 dan h : y = m2x + c2
x = ; y =
Efisiensi untuk mencari x dan y jika m dan c bilangan bulat
 Jarak titik A(x1,y1) dengan garis ax + by + c = 0
d =
 Jarak dua buah garis yang sejajar antara ax + by + c1 = 0 dengan ax + by + c2 = 0
d =
 Tiga buah titik dalam satu garis : (x1,y1), (x2,y2), dan (x3,y3)
=
 Jika garis ax + by + c = 0 digeser k ke :
 kanan a(x – k) + by + c = 0
 kiri a(x + k) + by + c = 0
 atas ax + b(y – k) + c = 0
 bawah ax + b(y + k) + c = 0
 Sudut antara 2 garis, y = ax + b dan y = px + q
tan  =
 Bentuk 2 variabel
a1x + b1y = c1
a2x + b2y = c2
dengan metode Cramer :
x1 = dan y1 = , dimana = ad – bc
 Bentuk 3 variabel
a1x + b1y + c1z = d1
a2x + b2y + c2z = d2
a3x + b3y + c3z = d3
dengan metode Cramer :
x1 = ; y1 = ; dan z1 = , dimana
= a - b + c
MATRIKS

 Matriks persegi : n x n
 Matriks segitiga bawah : A =
 Matriks segitiga atas : B =
 Matriks diagonal : C =
 Matriks skalar : D =
 Matriks identitas : E =
 Matriks simetris : F =
F12 = F21 = 3 ; F13 = F31 = 5 ; F23 = F32 = 7
 Diagonal utama (trace)
A2 = , trace A = 3 + 5 = 8
 Transpose (putaran)
 Sifat-sifatnya :
 A + B = B + A
 (A + B) + C = A + (B + C)
 A – B ≠ B – A
 (A – B) – C ≠ A – (B – C)
 A + 0 = 0 + A, 0 = elemen identitas penjumlahan
 A + (-A) = (-A + A), -A = invers penjumlahan A
 A + X = B maka X = (-A) + B
 A B = AT BT di mana A, B adalah matriks simetris
 (k1 + k2) A = k1A + k2A
 k (A + B) = kA + kB
 (k1k2) A = k1 (k2 A) = k2 (k1A)
 I A = A
 (-1) A = -A
 0 ∙ A = k ∙ 0 = 0 (matriks nol)
 (AB) C = A (BC)
 A (B C) = AB AC
 (B C) A = BA CA
 k (BC) = (kB) C = B (kC), k  R
 (A + B)T = AT + BT
 (AT)T = A
 (AB)T = BT AT
 (kA)T = kAT
 Determinan dan invers matriks
 Determinan matriks A = adalah det A = A = = ad – bc
 Determinan matriks A = adalah det A =
 Sifat – sifat determinan
• Det (AB) = Det (A) ∙ Det (B)
• Det (mA) = m2 ∙ Det (A)
• Det (AT) = Det (A)
• Det ( A) = ∙ Det (A)
• Det (A-1) =
• Det (I) = 1
 Invers matriks A = adalah A-1 = ; (ad – bc) ≠ 0
Invers matriks A = adalah A-1 = ; dengan
ij = (-1)i+j ∙ , dimana Mij = minor ij
M11 = , M21 = , dan seterusnya.
Apabila A = 0, maka matriks A tidak mempunyai invers dan disebut matriks singular. Apabila A ≠ 0, maka matriks A mempunyai invers dan disebut matriks nonsingular.
Sifat-sifat invers matriks : AA-1 = A-1A = I
 AA-1 = A-1A = I
 XA = B maka X = BA-1
 AX = B maka X = A-1B
 (AB)-1 = B-1A-1
 A-n = (A-1)n

VEKTOR

 Panjang vektor a
 Pada R2
a = = a1i + a2j maka a =
 Pada R3
a = = a1i + a2j + a3k maka a =
 Sifat-sifat operasi hitung pada vektor
 a + b = b + a
 (a + b) + c = a + (b + c)
 a + 0 = 0 + a = a
 a + (-a) = 0
 k (Ia) = (kI) a
 k (a + b) = ka + kb
 (k + I) a = ka + Ia
 1a = a
 Perkalian titik (dot product) dua vektor
a = a1i + a2j + a3k dan b = b1i + b2j + b3k, maka :
a ∙ b = a1b1 + a2b2 + a3b3
 Perkalian silang (cross product) dua vektor
 a x b = atau = ∙ sin 
 Sifat-sifat perkalian skalar dua vektor
 a ∙ b = b ∙ a
 a (b + c) = ab + ac
 k (ab) = (ka) b = a (kb)
 a ∙ a = a2
 Sudut antara dua vektor
cos  = sehingga a ∙ b = abcos 
 Sifat-sifat aljabar vektor
 a + b = b + a
 (a + b) + c = a + (b + c)
 a + 0 = 0 + a = a
 1 ∙ a = a
 a + b  a+b
 a - b  a-b
 m ∙ a = m∙a
 (mn) ∙ a = m (n ∙ a) = n (m ∙ a)
 Jika m ∙ a = 0, maka m = 0 atau a = 0
 (-m ∙ a) = - (m ∙ a) = m (- a)
 (m + n) ∙ a = m ∙ a + n ∙ a
 m (a + b) = m ∙ a + m ∙ b
 a + (-1) ∙ a = a – a = 0
 a2 = a2
 a + b2 = a2 + b2 + 2abcos 
 a - b2 = a2 + b2 - 2abcos 
 Vektor posisi
Jika diketahui titik-titik O(0,0,0) dan A(a1,a2,a3) serta B(b1,b2,b3), maka OA dan OB merupakan vektor posisi.
 Jika kemudian terdapat titik P pada ruas AB sehingga AP : PB = m : n, maka akan berlaku :
• OP =
• P =
 Jika titik P berada pada perpanjangan AB dengan AB : BP = m : n, maka :
• OP =
• P = = , dengan r = panjang AP
 Proyeksi
 Panjang proyeksi vektor a pada vektor b (proyeksi skalar)
c =
 Vektor proyeksi dari vektor a pada vektor b (proyeksi vektor)
c =
 Hubungan dua vektor
Diketahui dua buah vektor a = dan b = , maka hubungan kedua vektor ada beberapa kemungkinan, yaitu :
 Vektor a sama dengan vektor b, maka a1 = b1, a2 = b2, dan a3 = b3
 Vektor a tegak lurus dengan vektor b, maka a ∙ b = 0
 Vektor a segaris, sejajar, atau kolinier dengan vektor b, maka a = k ∙ b
 Vektor c koplanar dengan a dan b, maka terdapat bilangan riil m dan n sehingga c = m ∙ a + n ∙ b
 Secara geometri, perkalian silang vektor dapat digambarkan sebagai berikut :




Perkalian = ∙ sin  merupakan luas daerah yang diarsir.
Jadi, untuk mencari luas segitiga yang dibatasi oleh dua buah vektor gunakan rumus :  = ½ = ½ ∙ sin 
 Untuk mencari titik tengah dari suatu garis yang diketahui kedua titik ujungnya adalah : T = ½ (A + B)
 Untuk mencari titik berat suatu segitiga yang diketahui ketiga titik sudutnya adalah : T = (A + B + C)
Dalam segitiga ABC dengan D merupakan titik beratnya, maka berlaku hubungan berikut :
• AD = AP, dan DP = AP, AP garis berat yang ditarik dari A
• CD = CR, dan DR = CR, CR garis berat yang ditarik dari C
• BD = BQ, dan DQ = BQ, BQ garis berat yang ditarik dari B

TRANSFORMASI GEOMETRI

 Translasi
Suatu translasi T dengan vektor translasi mentransformasikan titik P ke P’, secara pemetaan dapat dituliskan : T : P (x,y)  P’ (x+a,y+b)
 Refleksi (pencerminan)
 Terhadap sumbu X : (x,-y) :
 Terhadap sumbu Y : (-x,y) :
 Terhadap titik asal : (-x,-y) :
 Terhadap garis y = x : (y,x) :
 Terhadap garis y = -x : (-y,-x) :
 Terhadap garis x = k : (2k-x,y) : +
 Terhadap garis y = k : (x,2k-y) : +
 Terhadap titik (a,b) : (2a-x,2b-y)
 Rotasi
 R900 = : (-y,x)
 R-900 = : (y,-x)
 R1800 = : (-x,-y)
 R =
 Jika titik A (a,b) dirotasikan sebesar  dengan titik pusat O maka akan diperoleh :
A’ = =
 Jika titik A (a,b) dirotasikan sebesar  dengan titik pusat P (m,n) maka akan diperoleh :
A’ = = +
 Dilatasi
Suatu dilatasi dengan faktor skala k dan pusat dilatasi P dituliskan : [P,k]
 Jika pusat dilatasi pada titik O (0,0), hubungannya :
x’ = kx
y’ = ky
 Jika [P,k] : A (x,y)  A’ = (x’,y’) terdapat hubungan :
x’ = a + k (x – a)
y’ = b + k (y – b)
 Transformasi matriks
Suatu transformasi dapat diwakili oleh suatu matriks 2x2. Bayangan titik A (a,b) oleh transformasi yang diwakili oleh matriks M adalah A’ = = M

Komposisi Transformasi
 Komposisi translasi (bersifat komutatif adan assosiatif)
T1 = ; T2 = , maka : (T1T2) = T1 (T2 )
 Komposisi refleksi
 Dua refleksi terhadap dua garis sejajar
• Mx=p  Mx=q  ; Mx=q  Mx=p 
• My=p  My=q  ; My=q  My=p 
 Dua refleksi terhadap dua garis yang saling tegak lurus
• Mx=p  My=q  R((p,q),1800)
• Mx=p  My=q  M(p,q)
 Komposisi refleksi tidak bersifat komutatif dan assosiatif
 Komposisi rotasi
Komposisi dua rotasi yang berpusat sama akan ekuivalen dengan rotasi dengan pusat sebesar penjumlahan kedua sudut rotasinya

Luas Daerah Bangun Hasil Transformasi
 Oleh transformasi dengan matriks operator A = , maka luasnya :
L’ = det.A ∙ L
L’ = luas hasil transformasi ; L = luas semula
 Untuk segitiga, misalkan diketahui segitiga P (0,0), Q (x1,y1), dan R (x2,y2)
LPQR =
Jika ditransformasikan oleh matriks A = , maka akan menjadi segitiga P’Q’R’ :
LPQR =  det ∙ LPQR = ∙ LPQR
Tanda + atau – dipilih berdasarkan hasil perhitungan luas segitiga P’Q’R’ positif.
 Jika det. A bertanda positif, maka urutan P  Q  R dan P’  Q’  R’ sama, yaitu searah dengan putaran jarum jam atau keduanya tidak searah jarum jam
 Jika det. A bertanda negatif, maka urutan P  Q  R dan P’  Q’  R’ tidak sama, yaitu keduanya mempunyai urutan berbeda

BARISAN DAN DERET

 Barisan aritmatika
Un = a + (n – 1) b
 Deret aritmatika
Sn = (2a + (n – 1) b) atau Sn = (a + Un)
 Suku tengah barisan aritmatika
Ut = a + (n – 1) b atau Ut = (a + Un)
 Sisipan barisan aritmatika
Antara A dan B disisip k bilangan dengan b = B – A, maka :
bbaru = ; nbaru = k + 2 ; Sbaru =
 Barisan geometri
Un = arn-1
 Deret geometri
 Sn = , r < 1
 Sn = , r > 1
 Suku tengah barisan geometri
Ut = atau Ut =
 Sisipan barisan geometri
Antara A dan B disisip k bilangan dengan r = , maka :
rbaru = ; nbaru = k + 2 ; Sbaru =
 Deret tak hingga
 Deret geometri konvergen (memusat)
Jika -1 < r < 1, maka S =
 Deret geometri divergen (memencar)
Jika r < -1atau r > 1, maka S =  
 Jumlah suku bernomor ganjil :
Sganjil =
 Jumlah suku bernomor genap :
Sgenap =
 Un = Sn – Sn-1
 Notasi sigma
Untuk deret aritmatika dan deret tertentu lainnya dapat disajikan dalam bentuk notasi sigma, yaitu :




 Bilangan asli (1, 2, 3, ...)
Un = n ; An =
 Kuadrat bilangan asli (1, 4, 9, ...)
Un = n2 ; Kn =
 Kubik bilangan asli (1, 8, 27, ...)
Un = n3 ; Qn = = (An)2
 Bilangan persegi panjang (1x2, 2x3, 3x4, ...)
Un = n (n + 1) ; Rn =
 Bilangan balok (1x2x3, 2x3x4, 3x4x5, ...)
Un = n (n +1) (n + 2) ; Bn =
 Bilangan segitiga (1, 1+2, 1+2+3,1+2+3+4, ...)
Un = ; Tn =

Rumus Praktisnya
 Suku ke n1 = k1
Jumlah suku ke n2 dan n3 = k3
U1 = k1 n1 = m1
U2 + U3 = k2 n2 + n3 = m2
b =
 Sn = pn2 + qn  Un = 2pn + (q – p)
 Un = pn + q  Sn = n2 + (q + )n
 Sisi-sisi segitiga siku-siku yang membentuk deret aritmatika memiliki kelipatan 3, 4, 5
 Jika a, b, c, d, e membentuk deret aritmatika, maka :
suku tengah = rata-rata suku simetrisnya
misal : c = = ; b = atau d =
 Apabila di antara 2 suku deret aritmatika disisipkan k suku, maka :
b = ; Un = U1 + (n – 1)b
Sn = (2U1 + (n – 1)b ; n = n + (n – 1)k
 n1 = k1 dan n2 = k2, maka
 a, b, c, d, e adalah deret geometri berlaku kuadrat suku tengah sama dengan hasil kali suku-suku simetrisnya
c2 = bd atau c2 = ae atau b2 = ac atau b2 = ce
 Akan mempunyai jumlah (konvergen atau memiliki limit) jika :
r < 1  -1 < r < 1
 Tidak mempunyai jumlah (divergen) jika :
r > 1  r < -1 atau r > 1
 Deret logaritma
alog b + alog2 b + alog3 b + ... = a/blog b
 Deret bujur sangkar
 rasio deret luas =
 rasio deret keliling =
 Deret segitiga sama sisi
 rasio deret luas =
 rasio deret keliling =
 Panjang lintasan bola jatuh
S =
 = x
 =
 =
 =
 =
TRIGONOMETRI

 Besarnya derajat dalam 1 putaran
 1 putaran = 3600, maka 10 = putaran
 10 = 60 menit = 60, maka 1 =
 1 = 60 detik = 60, maka 1 =
 1 rad =  rad = 1800, Sehingga :
• 1 rad = = = 57,2960
• 10 = rad = rad = 0,017453 rad





 sin  =
 cos  =
 tan  =
 cosec  = =
 sec  = =
 cot  = =

 Nilai perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa
Fungsi trigononometri Sudut
00 300 450 600 900
sin 0 ½ ½
½
1
cos 1 ½
½
½ 0
tan 0
1

cosec  2

1
sec 1

2 
cot 
1
0

II
sin (+) I
semua (+)
III
tan (+) IV
cos (+)

(900 - ) (900 + )
 sin (900 - ) = cos   sin (900 + ) = cos 
 cos (900 - ) = sin   cos (900 + ) = -sin 
 tan (900 - ) = cot   tan (900 + ) = -cot 
 cosec (900 - ) = tan   cosec (900 + ) = -tan 
 sec (900 - ) = cosec   sec (900 + ) = -cosec 
 cot (900 - ) = sec   cot (900 + ) = sec 

(1800 - ) (1800 + )
 sin (1800 - ) = sin   sin (1800 + ) = -sin 
 cos (1800 - ) = -cos   cos (1800 + ) = -cos 
 tan (1800 - ) = -tan   tan (1800 + ) = tan 
 cosec (1800 - ) = -cot   cosec (1800 + ) = cot 
 sec (1800 - ) = -sec   sec (1800 + ) = -sec 
 cot (1800 - ) = cosec   cot (1800 + ) = -cosec 

(2700 - ) (2700 + )
 sin (2700 - ) = -cos   sin (2700 + ) = -cos 
 cos (2700 - ) = -sin   cos (2700 + ) = sin 
 tan (2700 - ) = cot   tan (2700 + ) = -cot 
 cosec (2700 - ) = tan   cosec (2700 + ) = -tan 
 sec (2700 - ) = -cosec   sec (2700 + ) = cosec 
 cot (2700 - ) = -sec   cot (2700 + ) = -sec 

(n∙3600 - ) (n∙3600 + )
 sin (n∙3600 - ) = -sin   sin (n∙3600 + ) = sin 
 cos (n∙3600 - ) = cos   cos (n∙3600 + ) = cos 
 tan (n∙3600 - ) = -tan   tan (n∙3600 + ) = tan 
 cosec (n∙3600 - ) = -cot   cosec (n∙3600 + ) = cot 
 sec (n∙3600 - ) = sec   sec (n∙3600 + ) = sec 
 cot (n∙3600 - ) = -cosec   (n∙3600 + ) = cosec 

 sin (-) = -sin 
 cos (-) = cos 
 tan (-) = -tan 
 cosec (-) = -cot 
 sec (-) = sec 
 cot (-) = -cosec 

 sin2  + cos2  = 1
 sec2  = 1 + tan2 
 cosec2  = 1 + cot2 
 Persamaan trigonometri
 sin x = sin   x =  + k∙3600 = (1800 - ) + k∙3600
sin x = sin A  x = A + 2k = ( - A) + 2k
 cos x = cos   x =  + k∙3600
sin x = sin A  x = A + 2k = -A + 2k
 tan x = tan   x =  + k∙3600
tan x = tan A  x = A + k
 Aturan sinus





 Aturan cosinus
 a2 = b2 + c2 – 2bc ∙ cos A
 b2 = a2 + c2 – 2ac ∙ cos B
 c2 = a2 + b2 – 2ab ∙ cos C
 cos A + cos B + cos C =
 Luas segitiga sembarang
 L = x alas x tinggi
 Jika tinggi segitiga tidak diketahui, maka pergunakanlah rumus berikut :
• L = ab ∙ sin C
• L = ac ∙ sin B
• L = b ∙ sin A
• L =
• L =
• L =
• L =
dengan s = (a + b + c)
 Jari-jari lingkaran
 Lingkaran dalam segitiga
RD =
 Lingkaran luar segitiga
RL =

 Lingkaran singgung
RS = , jika lingkaran menyinggung garis c






 Rumus penjumlahan dan selisih dua sudut
 sin (  ) = sin  cos   cos  sin 
 cos (  ) = cos  cos  cos  cos 
 tan (  ) =
 sin 2 = 2 sin  cos 
 cos 2 = cos2  - sin2  = 1 – 2 sin2  = 2 cos2  – 1
 tan 2 =
 sin 3 = 3 sin  – 4 sin3  - 4
 cos 3 = 4 cos3  - 3 cos 
 tan 3 =
 Rumus jumlah dan selisih sinus, cosinus, dan tangen
 sin  + sin  = 2 sin ( + ) cos ( - )
 sin  - sin  = 2 cos ( + ) sin ( - )
 cos  + cos  = 2 cos ( + ) cos ( - )
 cos  - cos  = -2 sin ( + ) sin ( - )
 tan   tan  = =

 Rumus perkalian sinus dan cosinus
 2 cos  cos  = cos ( + ) + cos ( - )
 2 sin  sin  = cos ( - ) - cos ( + )
 2 sin  cos  = sin ( + ) + sin ( - )
 2 cos  sin  = sin ( + ) - sin ( - )
 sin2 nx = (1 – cos 2nx)
 cos2 nx = (1 + cos 2nx)
 arc cosec x = arc sin
 arc sec x = arc cos
 arc cot x = arc tan
 arc sin (-x) = -arc sin x
 arc cos (-x) =  - arc cos x
 arc tan (-x) = -arc tan x
 arc cot (-x) =  - arc cot x
 arc sec (-x) =  - arc sec x
 arc cosec (-x) = -arc cosec x
 arc sin x + arc cos x =
 arc tan x + arc cot x =
 arc sec x + arc cosec x =

Rumus Praktisnya
 Pergeseran fungsi
y = F(x  a)  k
keterangan : y = persamaan grafik
F = fungsi sin, cos, tan ; a = sudut pergeseran
x = sudut pokok ; k = konstanta pergeseran
perubahan tanda arah pergeseran
a < 0
a > 0
k < 0
k > 0 -
+
-
+ ke kanan
ke kiri
ke bawah
ke atas a0
a0
k
k
 Mencari harga maksimum atau minimum
 y = A sin px + c = A cos px + c
ymaks = A + c ; ymin = -A + c
periode =
 f(x) = a cos x + b sin x + c = k cos (x - ) + c
k = ; tan  =
f(x)maks = k + c ; f(x)min = -k + c

LIMIT FUNGSI

 Limit fungsi aljabar
 Jika pangkat tertinggi variabel x pada f(x) sama dengan pangkat tertinggi variabel x pada g(x), maka :

 Jika pangkat tertinggi variabel x pada f(x) lebih dari pangkat tertinggi variabel x pada g(x) dan koefisien variabel x yang pangkatnya tertinggi pada f(x) bernilai positif, maka :

 Jika pangkat tertinggi variabel x pada f(x) lebih dari pangkat tertinggi variabel x pada g(x) dan koefisien variabel x yang pangkatnya tertinggi pada f(x) bernilai negatif, maka :

 Jika pangkat tertinggi variabel x pada f(x) kurang dari pangkat tertinggi variabel x pada g(x), maka :


Teorema Limit








 , g(x) ≠ 0

 , , untuk n bilangan genap
  0,27182818
 

 

 m < n, L = 0
 m = n, L =
 m > n, L = 

Limit Fungsi Trigonometri








Rumus Praktisnya
Limit Fungsi Aljabar
 Limit x mendekati tak hingga
 Bentuk pecahan

Dimana n adalah pangkat tertinggi pembilang
m adalah pangkat tertinggi penyebut
Jika n > m, maka jawab 
n < m, maka jawab 0
n = m, maka jawab
 Bentuk akar

Perhatikan nilai a dan p!
Jika a = p, maka
a < p, maka -
a > p, maka +

Jika a = p, maka

Jika a = p, maka

Jika
 Limit x mendekati bilangan tertentu


Jika p > q, maka jawab 0
p = q, maka jawab
p < q, maka jawab 

 Limit , maka substitusikan a ke fungsi. Jika hasilnya tak tentu (misal ), maka differensialkan. , kemudian substitusikan a ke fungsi yang telah terdifferensial tadi. Jika hasilnya masih tak tentu lagi jawabnya, maka differensialkan lagi seterusnya.

Limit Trigonometri




... dapat diganti sin atau tan

TURUNAN FUNGSI

Aturan fungsi
 Turunan fungsi f(x) pada sembarang titik atau bilangan c adalah f(x) = dengan syarat limit ini ada
 Aturan fungsi konstan
Jika f(x) = k, dengan k sebuah konstan maka untuk setiap x  R berlaku f(x) = 0
 Aturan fungsi identitas
Jika f(x) = x, maka : f(x) = 1
 Aturan pangkat
Jika f(x) = axn, dengan a  R, a ≠ 0, dan n bilangan asli, maka : f(x) = an∙xn-1
 Aturan kelipatan konstanta
Jika f(x) = k ∙ u(x), dengan k suatu konstanta dan u(x) mempunyai turunan u(x), maka :
f(x) = k ∙ u(x)
 Aturan jumlah dan selisih
Jika f(x) dan g(x) fungsi-fungsi yang mempunyai turunan f(x) dan g(x), maka :
(f  g) (x) = f(x)  g(x)
 Aturan hasil kali
(f ∙ g) (x) = f(x) ∙ g(x) + f(x) ∙ g(x)
 Aturan hasil bagi

 Aturan rantai
f(x) = [u(x)]n, maka : f(x) = n ∙ [u(x)]n-1 ∙ u(x)
 Aturan fungsi trigonometri
 f(x) = sin x  f(x) = cos x
 f(x) = cos x  f(x) = -sin x
 f(x) = tan x  f(x) =
 Nilai maksimum dan minimum fungsi f dalam interval tertutup, yaitu a  x  b ditentukan dengan menentukan stasioner fungsi dalam interval tersebut. Misalkan diperoleh fungsi f stasioner di x1 dan x2, maka berlaku :
 Nilai terbesar dari f(a), f(x1), f(x2), dan f(b) disebut nilai maksimum fungsi f dalam interval
a  x  b
 Nilai terkecil dari f(a), f(x1), f(x2), dan f(b) disebut nilai minimum fungsi f dalam interval
a  x  b
 Fungsi naik dan fungsi turun
 f(x) naik jika f(x) > 0
 f(x) turun jika f(x) < 0
 Nilai stasioner
 f(x) disekitar x = a
 Titik balik maksimum
 f(x) = 0
 f(x) berubah tanda dari + ke –
 f(x) < 0
 Titik balik minimum
 f(x) = 0
 f(x) berubah tanda dari – ke +
 f(x) > 0
 Titik belok
 f(x) = 0
 f(x) tidak berubah tanda
 f(x) = 0
 Tabel rumus turunan
y = f(x) y = f(x)
 sin x  cos x
 cos x  -sin x
 tan x  sec2 x
 cot x  -cosec2 x
 cosec x  -cosec2 x ∙ cot x
 sec x  sec x ∙ tan x
 sin ax  a ∙ cos ax
 cos ax  -a ∙ sin ax
 sin (ax + b)  a ∙ cos (ax + b)
 cos (ax + b)  -a ∙ sin (ax + b)
 sin u(x)  u(x) ∙ cos u(x)
 cos u(x)  -u(x) ∙ sin u(x)
 sinn u(x)  n ∙ sinn-1 u(x) ∙ u(x) ∙ cos u(x)
 cosn u(x)  -n ∙ cosn-1 u(x) ∙ u(x) ∙ sin u(x)
 alog h(x)  ∙ alog e

 ln g(x) 

 eh(x)  h(x) ∙ eh(x)
 ag(x)  ag(x) ∙ g(x) ∙ ln a
 ax  ax ∙ elog a = ax ∙ ln a
 Aturan rantai :


 xn  n ∙ xn-1
 (u(x))n n ∙ (u(x))n-1






 ex  ex
 sinh x  cosh x
 cosh x  sinh x
 ln x 

 alog x  ∙ alog e

 arc sin x 

 arc cos x 

 arc tan x 

 arc cot x 


Rumus Praktisnya
 Menentukan naik turunnya suatu fungsi
 Jika f(x) = m = 0, maka (x1,y1) titik stasioner
 Jika f(x) > 0, maka y = f(x) naik
 Jika f(x) < 0, maka y = f(x) turun
 Menentukan jenis nilai ekstrim suatu fungsi
 y = f(x) maksimum di x = x1 bila f(x1) = 0 ; f(x1) < 0
 y = f(x) minimum di x = x2 bila f(x2) = 0 ; f(x2) > 0
 Menentukan titik belok
Jika (x1,f(x1)) merupakan titik belok f(x) apabila :
 nilai f(x) di sekitar x = x1 titik berubah tanda, atau
 f(x1) = 0
 Nilai maksimum dan minimum
 a + b = c
• jika ab = maks  a = c
• jika ab2 = maks  a = c
• jika a2b3 = maks  a = c
• ab maks = c2
 a – b = c
• jika ab = min  a = c
• jika ab2 = min  a = c
• jika a2b3 = min  a = c
• ab min = - c2

Luas maksimum daerah yang diarsir = ab




Luas maksimum daerah yang diarsir = ab












INTEGRAL

Integral tak tentu
 ∫ f(x) dx = F(x) + c
 ∫ xn dx = ∙ xn+1 + c
 ∫ k ∙ f(x) dx = k ∙ ∫ f(x) dx
 ∫ [f(x)  g(x)] dx = ∫ f(x) dx  ∫ g(x) dx
 ∫ [u(x)]n ∙ u(x) dx = ∙ [u(x)]n+1 + c
 ∫ u dv = u ∙ v - ∫ v du

Integral tertentu
 = F(b) – F(a)
 = k ∙
 = 
 =
 = +
 = 2 ∙ , apabila f(x) fungsi genap
 = 0, apabila f(x) fungsi ganjil
 Tabel rumus integral
∫ f(x) dx F(x)
 ∫ dx
 ln x + c
 ∫ ln x dx  x ∙ ln x – x + c
 ∫ ex dx  ex + c
 ∫ ax dx  + c

 ∫ sin x dx  -cos x + c
 ∫ cos x dx  sin x + c
 ∫ dx
 tan x + c
 ∫ tan x dx  ln sec x + c = -ln cos x + c
 ∫ cot x dx  ln sin x + c
 ∫ cosec x dx  ln cosec x – cot x + c = ln tan  + c

 ∫ sec x dx  ln sec x + tan x + c = ln tan ( + ) + c

 ∫ cosec2 x dx  -cot x + c
 ∫ sec2 x dx  tan x + c
 ∫ cosec x ∙ cot x dx  -cosec x + c
 ∫ sec x ∙ tan x dx  sec x + c
 ∫ sin ax dx  - ∙ cos ax + c

 ∫ cos ax dx  ∙ sin ax + c

 ∫ sin (ax + b) dx  - ∙ cos (ax + b) + c

 ∫ cos (ax + b) dx  ∙ sin (ax + b) + c

 ∫ sinn x ∙ cos x dx  ∙ sinn+1 x + c

 ∫ cosn x ∙ sin x dx  - ∙ cosn+1 x + c

 ∫ 2 ∙ sin ax ∙ cos bx dx  ∙ cos (a + b)x - ∙ cos (a – b)x + c

 ∫ 2 ∙ cos ax ∙ sin bx dx  ∙ cos (a + b)x + ∙ cos (a – b)x + c

 ∫ 2 ∙ cos ax ∙ cos bx dx  ∙ sin (a + b)x + ∙ sin (a – b)x + c

 ∫ 2 ∙ sin ax ∙ sin bx dx  ∙ sin (a + b)x + ∙ sin (a – b)x + c

 ∫ sin2 x dx  - + c = (x – sin x ∙ cos x) + c

 ∫ cos2 x dx  + + c = (x + sin x ∙ cos x) + c

 ∫ tan2 x dx  tan x – x + c
 ∫ cot2 x dx  -cot x – x + c
 ∫ sinh x dx  cosh x + c
 ∫ cosh x dx  sinh x + c
 ∫ tanh x dx  ln cosh x + c
 ∫ coth x dx  ln sinh x + c
 ∫ sech x dx  2 ∙ arc tan ex + c
 ∫ cosech x dx  ln tanh  + c

 ∫ sinh2 x dx  - + c

 ∫ cosh2 x dx  + + c

 ∫ tanh2 x dx  x – tanh x + c
 ∫ coth2 x dx  x – coth x + c
 ∫ sech2 x dx  tanh x + c
 ∫ cosech2 x dx  -coth x + c
 ∫ sech x ∙ tanh x dx  -sech x + c
 ∫ cosech x ∙ coth x dx  cosech x + c
 ∫ eax ∙ cos bx dx  (a ∙ cos bx + b ∙ sin bx) + c

 ∫ eax ∙ sin bx dx  (a ∙ sin bx - b ∙ cos bx) + c

 ∫
 ln x +  + c = arc sinh x + c

 ∫
 ln x +  + c = arc sinh + c

 ∫
 ln x +  + c = arc cosh x + c

 ∫
 ∙ arc sin + c

 ∫
 sinh-1 + c

 ∫
 cosh-1 + c

 ∫
 arc sin x + c = -arc cos x + c
 ∫
 -arc sin + c = -arc cos + c

 ∫
 arc tan x + c = -arc cot x + c
 ∫
 ∙ arc tan + c = - ∙ arc cot + c

 ∫
 arc sec x + c = -arc cosec x + c
 ∫
 ∙ arc sec + c = - ∙ arc cosec + c

 ∫
 ln + c

 ∫
 ln + c

 ∫
 - ∙ arc sec + c = - ∙ arc cos + c

 ∫
 - ∙ arc cosec + c = - ∙ arc sin + c

 ∫ dx
 + ∙ arc sin x + c

 ∫ dx
 + ∙ arc sin + c

 ∫ dx
 + c

 ∫ (x2 – a2) dx  + c

 Volume benda putar
 Mengelilingi sumbu X
V = dx
 Mengelilingi sumbu Y
V = dy



STATISTIKA

Ukuran Pemusatan
 Data tunggal
 Rata-rata (mean) : =
 Median
• n ganjil  Me =
• n genap  Me =
 Modus (paling sering muncul)
 Kuartil (nilai yang membagi data terurut menjadi 4 bagian yang sama banyaknya)


 Data berkelompok
 Rata-rata : =
 Kuartil : Qn = Ln + ∙ c ; dengan n = 1, 2, 3
 Mo = Lo + ∙ c

Ukuran Penyebaran
 Rataan kuartil = (Q1 + Q3)
 Rataan tiga = (Q1 + 2 ∙ Q2 + Q3)
 Rentang (jangkauan) : R = Xmax - Xmin
 Hamparan (jangkauan antarkuartil) : H = Q3 – Q1
 Simpangan kuartil : Qd = H = ( Q3 – Q1)
 Variansi (ragam) : V = =
 Simpangan baku : S = =
 Simpangan rata-rata : Sr = =
 Simpangan standar data : SS = ; KV = koefisien variansi
 Koefisiensi kemiringan : KK =
 Besar kontribusi : KP = x 100%
 Persentil ke n : Pn = b + ∙ c
 Koefisien kurtosis (kemiringan) =
 Angka baku =
 Mencari kesalahan mutlak dan prosentase kesalahan
Misalkan satuannya dalam cm, maka : ukuran terkecil = 0,1 cm
salah mutlak = x 0,1 = 0,5
 Prosentase kesalahan = x 100%
 BA = sisi maksimum = panjang sisi + 0,05
Keliling maksimum = 4 ∙ sisi maksimum

PELUANG

 Notasi faktorial : n! = n x (n – 1) x (n – 2) x ... x 3 x 2 x 1
 Permutasi adalah cara penyusunan unsur-unsur dari sekumpulan unsur-unsur yang berbeda dengan memperhatikan urutannya. Permutasi dipakai jika dalam soal ada jabatan, urutan, rangking, predikat, cara duduk, susunan angka
 Banyaknya permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia :
=
 Banyaknya permutasi n unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia :
= n!
 Banyaknya permutasi dari n unsur yang tersedia jika terdapat k unsur yang
sama :
P = ; k  n
 Permutasi dari n unsur yang tersedia jika terdapat k unsur yang sama, l unsur yang sama, dan m unsur yang sama :
P = ; k, l, m  n
 Banyaknya permutasi siklis dari n unsur berbeda :
Psiklis = (n – 1)!
 Banyaknya permutasi siklis dari n unsur berbeda, k berdampingan :
Psiklis = (n – k)!k!
 Kombinasi adalah cara penyusunan unsur-unsur dari sekumpulan unsur-unsur yang berbeda tanpa memperhatikan urutannya. Kombinasi dipakai jika dalam soal ditanyakan banyaknya himpunan bagian, peluang, urutan diabaikan
 Banyaknya kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia :
= ; r  n
 P(A) = ; A  S
 P(A) = 1 – P(A)
 Frekuensi relatif suatu kejadian A : fr =
 Frekuensi harapan : fh = P(A) x N
 Jika A dan B dua kejadian yang berada dalam ruang sampel S, maka peluang kejadian A  B :
P(A  B) = P(A) + P(B) – P(A  B) = P(A) + P(B) – P(A)∙P(B)
 Jika A dan B masing-masing dua kejadian yang saling lepas, maka peluang gabungan dua kejadian saling lepas :
P(A  B) = P(A) + P(B)
 Jika A dan B kejadian-kejadian yang saling bebas : P(A  B) = P(A) x P(B)
 Peluang kejadian bersyarat
 Peluang muncul kejadian A dengan syarat kejadian B muncul lebih dahulu adalah :
P(AB) = , dimana P(B) ≠ 0
 Peluang muncul kejadian B dengan syarat kejadian A muncul lebih dahulu adalah :
P(BA) = , dimana P(A) ≠ 0

SUKU BANYAK

 Pembagian suku banyak P(x) oleh suatu suku Q(x) dapat dituliskan sebagai berikut : P(x) = Q(x) ∙ H(x) + S(x), dimana H(x) merupakan hasil bagi dan S(x) adalah hasil pembagian
 Teorema sisa
 Jika Q(x) = ax + b, maka S(x) = k (konstanta)
 Jika Q(x) = px + q dan Q(x) = ax3 + bx2 + cx + d, maka S(x) = px2 + qx + r
 Teorema 1
Jika P(x) dibagi oleh (x – c), maka sisa pembagiannya P(c)
 Teorema 2
Jika P(x) dibagi oleh (ax + b), maka sisa pembagiannya P( )
 Teorema faktor
 Teorema 3
Jika P(x) suku banyak dan P(c) = 0, maka (x – c) merupakan faktor dari P(x)
 Beberapa pembagian istimewa
 = x2 + ax + a2
 = x2 – ax + a2
 = x3 + ax2 + a2x + a2
 = x3 - ax2 + a2x - a2

Aljabar Akar Suku Banyak
 Jika x1, x2, dan x3 merupakan akar-akar dari persamaan polinom
ax3 + bx2 + cx + d = 0
maka :
 x1 + x2 + x3 =
 x1x2 + x2x3 + x1x3 =
 x1 ∙ x2 ∙ x3 =
 Jika x1, x2, dan x3 merupakan akar-akar dari persamaan polinom
ax4 + bx3 + cx2 + dx + e = 0
maka :
 x1 + x2 + x3 + x4 =
 x1x2 + x1x3 + x1x4 +x2x3 + x2x4 + x3x4 =
 x1 ∙ x2 ∙ x3 + x1 ∙ x2 ∙ x4 + x1 ∙ x3 ∙ x4 + x2 ∙ x3 ∙ x4 =
 x1 ∙ x2 ∙ x3 ∙ x4 =

Tidak ada komentar: